Milenial sebagai Agent of Change di masa pandemi
by : 7CHILL
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2, disingkat SARS-CoV-2, merupakan virus yang penyebarannya cepat dan meluas di seluruh dunia. Virus ini menyerang sistem pernapasan dengan gejala seperti batuk, flu, sakit tenggorokan, sesak napas, lesu, letih, dan bahkan bisa menyerang ke organ tubuh lainnya. SARS-CoV-2 kita ketahui menimbulkan penyakit yang bernama Covid-19. Di Indonesia sendiri, sampai awal tahun 2021, virus ini sudah menyerang lebih dari 1 juta jiwa, dan lebih dari 20 ribu diantaranya meninggal dunia. Sejak pertama kali dilaporkan muncul di Wuhan, Tiongkok, pada akhir 2019, Covid-19 telah menyebar ke banyak negara, termasuk Indonesia. WHO, World Health Organization atau badan kesehatan dunia, telah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global.
**
Masyarakat memang terkena dampak dari adanya pandemi Covid-19, yang kita lihat sejauh ini lebih banyak dampak negatif dibanding dampak positif. Dampak negatif yang diakibatkan oleh Covid-19 sendiri, selain masalah kesehatan, yakni turunnya stabilitas ekonomi masyarakat dan kurang efektifnya proses pendidikan. Turunnya stabilitas ekonomi disebabkan adanya tuntutan untuk tetap di rumah saja, sehingga banyak pekerja tidak bisa mencari nafkah seperti biasanya. Akibatnya, penghasilan sebagian masyarakat menjadi berkurang, sedangkan kebutuhan hidup tetap ada dan harus dipenuhi.
Lalu, ada juga dampak Covid-19 bagi dunia pendidikan, khususnya para pelajar. Dengan adanya himbauan untuk tetap di rumah saja dan menghindari kerumunan, akibatnya sekolah juga ditutup dan diganti dengan pelaksanaan sekolah secara online. Hal ini sudah diterapkan sejak bulan Maret 2020, melalui kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Dengan pelaksanaan
sekolah online, materi pelajaran yang didapat pelajar menjadi kurang optimal. Keterbatasan waktu dan sarana menjadi penghambat utama dalam sekolah online. Dari keterbatasan sarana, masih banyak daerah yang tidak memiliki akses Internet. Selain itu, di daerah pelosok ataupun remote area, masyarakat juga belum tentu memiliki peralatan sekolah online, seperti laptop, handphone, dan lainnya.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam sekolah online adalah jumlah penugasan yang diberikan. Dengan kurangnya pemahaman akan materi yang disampaikan secara online, dan dengan mata pelajar yang lelah karena harus menatap layar gadget terus-menerus, sudah sewajarnya bagi pendidik untuk mengurangi jumlah penugasan yang diberikan.
Sebenarnya, ada banyak dampak negatif lainnya akibat Covid-19 yang dirasakan oleh masyarakat. Namun dibalik semua itu, ada juga dampak positif yang muncul. Contohnya, dengan adanya himbauan untuk di rumah saja, maka waktu di rumah bisa digunakan untuk hal-hal bermanfaat, seperti menata ulang atau membereskan kamar, mencoba melakukan hal baru, memasak, dan lainnya. Semua itu tergantung diri kita sendiri dalam memanfaatkan waktu yang ada agar tidak merasa bosan.
Dampak positif lainnya yakni kesehatan. Dengan adanya Covid-19, kita dituntut untuk selalu menjaga stamina dan kekebalan tubuh kita. Bagaimana caranya? Misalnya, dengan rutin menjaga kebersihan, membiasakan diri mencuci tangan, mengonsumsi makanan yang sehat, dan banyak minum air putih. Kalau kata anak zaman sekarang sih, Stay Dehydrated, hehehe.
Yang lebih penting lagi adalah menerapkan protokol kesehatan, apalagi kalau bepergian keluar rumah. Caranya, dengan selalu memakai masker, membawa Hand Sanitizer, dan menghindari keruruman agar terhindar dari Covid-19. Meskipun sudah ada himbauan untuk menerapkan protokol kesehatan, akhir-akhir ini kalian sering melihat masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan, kan? Lalu, solusinya apa ya?
**
Pemuda adalah Agent of Change! Kalimat tersebut merefleksikan kewajiban sosial pemuda. "Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia", kutipan terkenal dari Ir. Soekarno ini sangat mendukung adanya pemuda sebagai Agent of Change. Peran pemuda, atau yang sekarang disebut
milenial, sangat penting dalam pembangunan bangsa dan negara.
Menurut Soekanto (1992) bahwa pihak-pihak yang menghendaki perubahan, dinamakan Agent of Change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin. Terkait pernyataan tersebut, milenial memiliki peran penting sebagai Agent of Change. Selain fisik yang kuat, milenial memiliki akal dan pikiran yang masih fresh, kreatif, serta inovatif. Lalu, apa hubungannya milenial sebagai Agent of Change dengan pandemi Covid-19? Milenial sangat dominan di social media karena jumlah pengguna yang banyak, sangat aktif, dan menggunakannya secara kreatif serta inovatif,sehingga orang menjadi tertarik dengan konten yang dibuat.
**
Milenial dan masyarakat lainnya sudah seharusnya menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Namun, kesadaran masyarakat mengenai protokol kesehatan masih kurang sehingga memerlukan sosialisasi untuk perubahan. Dengan apa? Tentunya melalui media sosial yang dapat menjangkau masyarakat luas. Hal lainnya adalah dengan sosialisasi protokol kesehatan. Melalui apa? Tentunya melalui banyak platform dengan sasaran yang beragam. Platform yang dapat dipakai, yakni melalui tulisan, foto atau gambar, dan video. Media cetak maupun digital, tidak hanya memiliki kegunaan untuk menyampaikan berita, namun juga dapat dipakai untuk mengajak masyarakat melakukan sesuatu. Dalam hal ini, milenial bisa berkampanye secara online mengajak masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan.
Sudah jelas, kan, apa yang harus dilakukan generasi milenial sebagai Agent of Change? Jadi, tetap sehat dan semangat ya!